Bagi para tenaga medis atau peneliti di bidang kesehatan, menulis case report adalah salah satu cara efektif untuk berbagi pengalaman unik yang dapat memperkaya literatur ilmiah. Meski terdengar lebih sederhana dibandingkan studi eksperimental, banyak case report ditolak oleh jurnal karena penulisan yang kurang tepat atau nilai ilmiahnya dianggap kurang kuat.
Daftar isi
ToggleNah, berikut ini beberapa tips penting agar case report kamu lebih berpeluang diterima di jurnal ilmiah:
1. Pilih Kasus yang Unik dan Layak Dipublikasikan
Tidak semua kasus layak dijadikan laporan. Pilihlah kasus yang:
- Jarang ditemukan (rare case)
- Memiliki manifestasi klinis tidak biasa
- Menunjukkan respons terapi yang unik
- Menyajikan tantangan diagnostik yang menarik
Jurnal hanya akan memuat kasus yang memberikan nilai tambah terhadap pengetahuan medis yang sudah ada.
2. Patuhi Struktur Penulisan Standar
Umumnya, case report memiliki struktur sebagai berikut:
- Judul (informative & mencerminkan inti kasus)
- Abstrak (singkat, padat, menyertakan poin unik dari kasus)
- Pendahuluan (menjelaskan mengapa kasus ini penting)
- Deskripsi Kasus (detail pasien, gejala, diagnosis, terapi, dan follow-up)
- Diskusi (bandingkan dengan literatur, berikan analisis kritis)
- Kesimpulan (highlight kontribusi ilmiah kasus)
- Daftar Pustaka (referensi relevan, terbaru, dan valid)
3. Sertakan Gambar atau Dokumentasi Pendukung
Visual seperti foto klinis, hasil radiologi, atau histopatologi bisa sangat membantu menjelaskan kasus. Pastikan kamu mendapatkan izin tertulis dari pasien atau keluarganya dan lindungi identitas pasien.
Baca Selengkapnya : Mengenal Case Report Pada Penelitian

Ingin memastikan tulisan Anda sempurna sebelum diterbitkan?
Hubungi kami sekarang dan jadikan tulisan Anda lebih berkualitas serta siap bersaing di pasar. Klik tombol di bawah untuk konsultasi gratis dan ketahui lebih banyak tentang layanan kami.
4. Pastikan Etik dan Izin Publikasi Aman
Kasus klinis menyangkut data pasien, jadi penting untuk:
- Mendapatkan informed consent (persetujuan tertulis)
- Menghapus informasi identitas pribadi
- Melampirkan surat persetujuan etik (jika jurnal mensyaratkan)
5. Tulis dengan Bahasa Ilmiah yang Jelas dan Padat
Gunakan kalimat efektif, hindari istilah berlebihan. Jika kamu menulis dalam Bahasa Inggris, sebaiknya gunakan jasa proofreading atau editing akademik untuk memastikan grammar dan gaya tulisan sudah sesuai standar.
6. Pilih Jurnal yang Tepat
Jangan kirim ke jurnal sembarangan. Pilih jurnal yang:
- Menerima case report (cek “author guidelines”)
- Terindeks di database yang kamu targetkan (Scopus, Sinta, DOAJ, dll)
- Punya cakupan bidang sesuai kasusmu (dermatologi, neurologi, ginekologi, dll)
7. Tinjau Contoh Case Report yang Sudah Diterima
Luangkan waktu untuk membaca beberapa case report di jurnal tujuanmu. Perhatikan gaya bahasa, panjang tulisan, hingga cara mereka menyusun diskusi. Ini bisa jadi acuan sangat berharga.
8. Jangan Lupa Cover Letter
Beberapa jurnal meminta surat pengantar (cover letter). Gunakan surat ini untuk menjelaskan mengapa kasusmu penting, dan mengapa jurnal tersebut cocok untuk publikasinya.
Meskipun case report sering dianggap sebagai “tulisan pemula” dalam dunia akademik, sebenarnya laporan kasus yang kuat bisa menjadi dasar penelitian lanjutan, bahkan menginspirasi clinical trial di masa depan. Kuncinya adalah keunikan, kejelasan, dan ketepatan dalam penulisan.