
Menembus jurnal Scopus merupakan salah satu pencapaian besar bagi penulis akademik. Sayangnya, tak sedikit yang harus menerima kenyataan pahit seperti artikel ditolak, gagal diproses, atau bahkan tak lolos dari tahap awal seleksi. Padahal, naskah yang kamu tulis mungkin telah melalui riset panjang dan menguras energi
Daftar isi
ToggleAda sejumlah alasan mendasar mengapa artikel gagal terindeks Scopus mulai dari substansi penelitian yang lemah, gaya penulisan yang tidak sesuai, hingga kesalahan teknis kecil yang berdampak besar. Namun semua itu bisa dihindari asalkan kalian tau letak masalahnya.
Berikut penyebab artikel gagal terindeks Scopus dan cara menghindarinya :
1. Artikelmu Kurang Kebaruan (Novelty)
Banyak naskah gagal bukan karena buruk, tapi karena “tidak mengatakan sesuatu yang baru.” Jurnal-jurnal Scopus mencari kontribusi ilmiah yang bisa menambah nilai bagi perkembangan ilmu pengetahuan, bukan sekadar replikasi dari penelitian terdahulu. Namun kalian dapat mengatasinya dengan :
- Tinjau literatur terbaru untuk mencari celah penelitian.
- Nyatakan novelty secara jelas di pendahuluan dan abstrak
- Hindari topik yang terlalu umum tanpa pendekatan baru
2. Struktur Penulisan Kurang Sistematis
Struktur penulisan yang tidak rapi atau tidak mengikuti gaya akademik internasional bisa membuat reviewer kesulitan memahami kontribusi risetmu. Hal ini menjadi penyebab umum desk rejection (penolakan di awal tanpa review). Namun kalian dapat mengatasinya dengan :
- Gunakan format IMRAD (Introduction, Method, Results, and Discussion).
- Sertakan visualisasi data (tabel/grafik) yang informatif.
- Ikuti pedoman jurnal secara detail, termasuk style dan format referensi.

Ingin memastikan tulisan Anda sempurna sebelum diterbitkan?
Hubungi kami sekarang dan jadikan tulisan Anda lebih berkualitas serta siap bersaing di pasar. Klik tombol di bawah untuk konsultasi gratis dan ketahui lebih banyak tentang layanan kami.
3. Bahasa Inggris Tidak Sesuai Standar Akademik
Kesalahan grammar, pemilihan kata yang janggal, atau kalimat yang terlalu panjang bisa menurunkan nilai akademik artikelmu, meskipun datanya kuat. Namun kalian dapat mengatasinya dengan :
- Gunakan jasa proofreading dari editor akademik profesional.
- Hindari hasil terjemahan mesin tanpa revisi.
- Baca ulang dengan perspektif pembaca internasional.
Baca Selengkapnya : Seberapa Penting Kerangka Jurnal Bagi Peneliti?
4. Referensi Tidak Relevan atau Tidak Berkualitas
Mengutip dari blog, jurnal predator, atau artikel lama tanpa pembaruan bisa membuat reviewer meragukan integritas literatur yang kalian gunakan. Namun kalian dapat mengatasinya dengan :
- Gunakan referensi terbaru (5–10 tahun terakhir).
- Prioritaskan jurnal terindeks Scopus/Web of Science.
- Periksa DOI dan pastikan sumber bisa ditelusuri.
5. Salah Memilih Jurnal Tujuan
Kesesuaian topik dengan cakupan (scope) jurnal sangat krusial. Banyak penulis asal submit tanpa meneliti dahulu, dan akhirnya gagal bukan karena isi naskah, tapi karena tidak sesuai fokus jurnal. Namun kalian dapat mengatasinya dengan :
- Teliti aims & scope jurnal sebelum submit
- Pelajari artikel-artikel terakhir yang terbit di jurnal tersebut
- Sesuaikan gaya dan konteks artikelmu dengan jurnal tujuan
Gagal dalam publikasi bukan akhir dari segalanya. Justru, ini bisa jadi kesempatan untuk belajar dan memperbaiki strategi menulis ilmiah. Yang penting, kalian paham letak masalahnya dan bagaimana memperbaikinya.
Anda bisa membaca mengenai tips penulisan artikel, publish jurnal dan mengenal seputar jurnal ilmiah dengan mengunjungi sosial media kami di
instagram @jakadjournal @jasa_publikasijurnal – tiktok @jakadjournal
untuk informasi lebih lanjut jika Anda memerlukan informasi mengenai publikasi jurnal dapat menghubungi 08988589601
awidy